Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Islam Kawasan Afrika
MESIR
SEBELUM KEMERDEKAAN
Drs. H. Abdul Jalil, M. Pd
Anwar Dwi Saputra (A22212169)
SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN
AMPEL
SURABAYA
2013
DAFTAR ISI
Daftar Isi
BAB I: PENDAHULUAN
Ø
Kata Pengantar
BAB II: PEMBAHASAN
A. Mesir Kuno
1. Periode Zaman Batu
2. Periode Kerajaan Lama
3. Periode
Pertengahan Pertama
4. Periode Kerajaan Pertengahan
5. Periode
Pertengahan Kedua
6. Periode Kerajaan Baru
7. Periode
Pertengahan Ketiga
8. Periode Persia
9.
Periode
Yunani
10.
Periode
Romawi
11.
Periode
Islam
B.
Peninggalan
– Peninggalan mesir kuno
1.
Piramida
2.
Sphinx
BAB III: PENUTUP
Ø Kesimpulan
Ø Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
Ø KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat
penulis susun. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada baginda Rasulullah
SAW yang menjadi penyampai agama Allah kepada umat manusia dengan tujuan agar
umat manusia bahagia di dunia dan akhirat.
Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa
pula ucapan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu penulis berupa
pikiran, tenaga maupun motivasi untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi sistematika makalah,
maupun penyusunan kalimatnya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun terhadap penulisan makalah ini sangat penulis harapkan.
Surabaya, 27 September 2013
penulis
BAB
II
PEMBAHASAN
A. MESIR
KUNO
Mesir
adalah negara yang kaya raya, buminya subur, sungai nil nya yang abadi itu
melimpah kebaikan sepanjang masa. Mesir mempunyai sejarah semenjak beribu-ribu
tahun yang sudah lewat. Tiada salah kalau orang mengatakan bahwa negeri Mesir
itu adalah Mutiara Timur yang cemerlang. Menguasai mesir berarti kestabilan
Islam di seluruh negeri-negeri Asia dan Afrika yang tadinya dibawah kekuasaan
bangsa romawi.[1]
Mesir Kuno
adalah suatu peradaban kuno di
bagian timur laut Afrika. Peradaban
ini terpusat di sepanjang hilir sungai Nil. Peradaban
ini berkembang selama kurang lebih tiga milenium. Kekuasaan firaun secara resmi
dianggap berakhir pada sekitar 31 SM, ketika Kekaisaran Romawi menaklukkan dan menjadikan wilayah Mesir Ptolemeus sebagai bagian dari provinsi
Romawi.
Peradaban Mesir Kuno didasari atas pengendalian keseimbangan yang baik
antara sumber daya alam dan manusia, ditandai terutama oleh:
- irigasi teratur terhadap Lembah Nil;
- pendayagunaan mineral dari lembah dan wilayah gurun di sekitarnya;
- perkembangan sistem tulisan dan sastra;
- organisasi proyek kolektif;
- perdagangan dengan wilayah Afrika Timur dan Tengah serta Mediterania Timur; serta
- kegiatan militer yang menunjukkan kekuasaan terhadap kebudayaan negara/suku bangsa tetangga pada beberapa periode berbeda.
Pengelolaan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh penguasa sosial,
politik, dan ekonomi, yang berada di bawah pengawasan Firaun.
Terdapat beberapa periode yang
ada pada sejarah mesir.[2]
1.
Periode
Zaman
Batu
Sekitar
10000 SM, penduduk Mesir sudah amat banyak sehingga orang-orang terpaksa
menghasilkan makanan mereka sendiri alih-alih berburu dan mengumpulkan makanan.
Pada masa yang sama, orang-orang di Asia Barat juga mulai bercocok tanam.
Kemungkinan orang sudah lama mengetahui cara bercocok tanam namun lebih suka
pergi ke luar dan mencari makanan liar, karena lebih mudah. Akan tetapi ketika
jumlah penduduk sudah terlalu banyak, makanan liar mulai tidak mencukupi
kebutuhan bagi semua orang, dan dengan demikian orang-orang harus mulai
bercocok tanam. Proses ini disebut Revolusi Agrikultur
2.
Periode
Kerajaan
Lama
Setelah
Mesir pertama kali disatukan sekitar tahun 3000 SM di bawah Firaun dari Mesir
Hulu, para Firaun dengan cepat memperoleh kekuasaan yang besar atas rakyatnya.
Ibukota Firaun adalah di Memphis.
Prasasti
yang disebut Palet Narmer menunjukkan ukiran yang kemungkinan menggambarkan
Firaun Mesir Hulu yang sedang berdiri dan mengalahkan Firaun Mesir Hilir.
Karena
Kerajaan Lama berlangsung pada masa yang amat lampau, tidak banyak yang
diketahi mengenai periode ini. Tampaknya para Firaun Kerajaan Lama menjalankan
irigasi sisteamtis pertama dari sungai Nil, yang memungkinkan lebih banyak
orang untuk tinggal di Mesir tanpa mengalami kelaparan. Piramida dibangun pada
periode ini sebagai makam besar bagi para Firaun. Kemungkinan piramida dibangun
oleh orang-orang yang biasanya menjadi petani, seperti kebanyakan orang pada
masa itu. Mereka mungkin membangun sedikit bagian piramida setiap tahun, selama
sungai Nil meluap sehingga kegiatan bercocok tanam tidak dapat dijalankan.
Temuan arkeologis terkini menunjukkan bahwa para Firaun awal juga terlibat
dalam kurban manusia. Pada masa yang sama, peradaban besar lainnya juga sedang
muncul di Sumeria.
Firaun
terakhir di Kerajaan Lama adalah Pepi II, yang baru berusia enam tahun ketika
dinobatkan sebagai Firaun. Ibunya, Ankhesenpepi II, barangkali adalah yang
sebenarnya memegang kekuasaan atas nama putranya. Ia kemungkinan telah terbiasa
pada gagasan mengenai perempuan yang berkuasa. Ibu Ankhesenpepi II, Nebet,
menjadi wazir bagi kakek Pepy II, Pepi I. Ankhesenpepi II mungkin berkuasa
hingga Pepi II tumbuh dewasa, atau setelah ia meninggal. Setelah kematiannya,
Pepi II secara berangsur-angsur kehilangan kekuasaannya, dan orang-irabf kaya
lainnya di Mesir mulai mengendalikan wilayah mereka sendiri layaknya raja. Ini
disebut Periode Pertengahan Pertama.
3.
Periode Pertengahan Pertama
Berakhirnya
Kerajaan Lama, sekitar 2100 SM, tampaknya disebabkan oleh pemberontakan
orang-orang dari kalangan yang kaya. Mereka merasa bahwa Firaun memiliki
kekuasaan yang terlalu besar. Secara berangsur-angsur Firaun menjadi semakin
bergantung pada para pejabat pemerintahan, dan orang-orang ini pun merebut
kekuasaan. Beberapa pengelolaan negara mulai terhenti. Piramida tak lagi
dibangun. Sumber-sumber tertulis menggambarkan masa-masa anarki, para bangsawan
bekerja di ladang, anak membunuh orang tua, sesama saudara saling bertikai, dan
makam-makam dihancurkan. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa kekacauan ini
mungkin disebabkan oleh perubahan iklim besar yang memicu kondisi kekeringan di
Mesir.
4.
Periode
Kerajaan
Pertengahan
Kerajaan
Pertengahan berdiri setelah serangkaian peperangan antara penguasa Mesir Hulu
(Selatan) melawan Mesir Hilir (Utara). Penguasa Mesir Hulu menang, dan mereka
menyatukan kembali negara ini sekitar 2000 SM, dengan ibukota pertamanya di
Thebes di selatan, dan ibukota lainnya adalah sebuah kota baru di sebelah
selatan memphis.
Para
Firaun pada periode ini tidak memiliki kekuasaan sebesar sebelumnya. Mereka
lebih menampilkan diri sebagai penguasa yang memperhatikan rakyatnya, alih-alih sebagai
raja-dewa di Kerajaan Lama. Adalah para Nomark (pejabat lokal) yang memiliki
kekuasaan cukup besar pada masa ini.
Pada
periode ini, para Firaun pertama kali mulai menguasai wilayah di luar Mesir,
seperti Yerusalem, Yerikho dan Suriah. Selain itu banyak terjadi perdagangan
antara Mesir dengan Byblos, dekat beirut modern.
5.
Periode Pertengahan Kedua
Sekitar
176 SM suatu bangsa yang disebut Hyksos, mengakhiri Kerajaan Pertengahan dan
memulai Periode Pertengahan Kedua. Bangsa Hyksos, yang datang dari Asia Barat,
merebut bagian timur dari Delta Nil (Mesir timur laut, bagian yang terdekat
dengan Asia), dan menetapkan ibukota di Memphis.
Tidak
diketahui siapa sebenarnya bangsa Hyksos, namun mereka kemungkinan merupakan
etnis Amori, yang menuturkan bahasa Semit (terkait dengan bahasa Ibrani dan
Arab) dan datang dari daerah di sekitar Suriah dan Israel, suatu daerah yang
banyak melakukan perdagangan dengan bangsa Mesir selama Kerajaan Pertengahan.
Bangsa
Hyksos berkuasa selama sekitar seratus tahun, namun kemudian para penguasa
selatan dari Thebes lagi-lagi mulai menaklukan kembali daerah Mesir utara.
Dalam perang pembebasan ini, kedua bersaudara Kahmose dan Ahmose memerangi
bansga Hyksos dan bangsa Nubia, yaitu etnis Afrika yang tinggal di sebelah
selatan Mesir. Pada akhirnya mereka berhasil dan menyatukan kembali seluruh
Mesir di bawah Kerajaan Baru.
6.
Periode
Kerajaan
Baru
Dengan
reunifikasi Mesir oleh Ahmose (Kamose meninggal sebelum Mesir benar-benar
bersatu) dan diusirnya bangsa Hyksos, Mesir memulai periode baru yang makmur di
bawah dinasti ke-18. Pada masa ini banyak terjadi perdagangan dengan Asia
Barat, dan pasukan Mesir bahkan menaklukan sebagian besar Israel dan Suriah,
meskipun mereka terus-menerus berperang dengan Het dan Asyyria demi kendali
atas daerah tersebut. Kuil-kuil besar dibangun di seluruh Mesir. Para ratu
Mesir memiliki kekuasaan yang besar pada masa ini, dan pada 1490 SM salah satu
ratu yang bernama Hatshepsut menjadi Firaun. Pemerintahan Hatshepsut
berlangsung lama dan damai. Ia membuat banyak kesepakatan perdagangan dengan
kerajaan-kerajaan Afrika, yang membuat Mesir semakin kaya.
Pada
tahun 1363 SM ada seorang Firaun terkenal bernama Akhenaten, yang mendirikan
ibukota baru di Amarna dan
tampaknya menyembah satu dewa matahari baru, serta mengembangkan gaya seni
baru. Istrinya bernama Nefertiti. Akhenaten tak memiliki putra, dan penerusnya adalah
menantunya Tutankhamon. Akan tetapi pada 1333 SM para Firaun kembali ke agama
lama.
Pada
1303 SM sebuah dinasti baru dari utara merebut kekuasaan, yaitu dinasti Mesir
ke-19. Raja pertamanya, Firaun Ramesses, memindahkan ibukota kembali ke Memphis
di utara. Pada masa pemerintahan dinasti ini, pendeta menjadi amat berkuasa.
Peperangan dengan bangsa Het di Asia Barat terus berlanjut, namun perdagangan
juga banyak terjadi.
Dinasti
Firaun ke-20, sekitar 1200 SM, meneruskan kebijakan yang sama, dan semua Firaunnya
disebut Ramesses. Banyak terjadi serangan terhadap Mesir, yang pertama dari
Libya di arah barat dan kemudian dari Asia Barat, oleh suatu kelompok yang oleh
bangsa Mesir disebut Bangsa Laut. Kekaisaran Het dimusnahkan, meskipun sekitar
1100 SM bangsa Mesir memerangi Bangsa Laut dalam suatu pertempuran laut yang
besar. Akan tetapi permasalahan di Asia Barat tampaknya menyebabkan keruntuhan
ekonomi besar-besaran di seluruh Mediterania Timur dan Asia Barat dan tidak
lama setelahnya Kerajaan Baru runtuh.
7.
Periode Pertengahan Ketiga
Setelah
meninggalnya Ramesses terakhir pada 1085 SM, Mesir terpecah. Tidak diketahui
apa yang sebenarnya terjadi tapi kemungkinan terjadi wabah kekeringan yang
parah.
Peradaban Het dan Mykenai runtuh pada masa yang sama, dan
banyak orang dari kedua daerah tersebut menginvasi Mesir, dimana mereka
kemudian disebut Bangsa Laut, yang kemungkinan terdiri atas bangsa Filistin,
Lykia, Akhaia, Troya, dll. Mesir berhasil menghalau serbuan
Bangsa Laut, namun tidak lama setelahnya Mesir juga ikut runtuh.
Mesir
kehilangan kendali atas Israel, Lebanon, Suriah, dan lagi-lagi dikuasai oleh
berbagai raja dari utara dan selatan. Selain itu Nubia berhasl merdeka kembali
dari kekuasaan Mesir.
Wilayah
Mesir utara menjadi lebih kaya daripada selatan, dan kota-kotanya berkembang
pesat. Namun Mesir tetap menjadi lebih lemah daripada sebelumnya, sehingga
Lybia mampu beberapa kali melakukan invasi dan menguasai Mesir utara untuk
sementara waktu. Di selatan, di Thebes, para pendeta Amon terus memperoleh kekuasaan
yang besar Sekitar 715 SM,
seorang raja Sudan (atau Kush) hitam dari sebelah selatan Mesir, yang bernama
Piye atau Piankhi, menginvasi dan menaklukan sebagian besar wilayah Mesir. Ia
mendirikan Dinasti Firaun ke-25.
Dinasti
tersebut tidak berlangsung lama, karena suatu bangsa baru dari Asia Barat,
yaitu bangsa Assyria, menaklukan Mesir dalam serangkaian perang yang berakhir
pada 664 SM. Mereka mengusir bangsa Sudan dari Mesir. Meskipun demikian,
Assyria tidak benar-benar mampu memerintah wilayah yang begitu jauh dari
ibukota mereka di Nineveh, sehingga tidak lama kemudian para raja Lybia
menguasa Mesir dan mendirikan Dinasti ke-26, dengan bantuan para tentara
bayaran dari Yunani dan Lykia. Para raja ini disebut orang Sais, karena
menetapkan ibukota di Sais, di utara Mesir.
Pada
609 SM Kekaisaran Assyria runtuh, dan para raja Sais berhasil menaklukan
sejumlah wilayah di Israel dan Suriah. Akan tetapi pada 605 SM, Kekaisaran
Babilonia di bawah seorang raja bernama Nebukhadnezzar mengalahkan Mesir dan merebut
kembali Israel dan Suriah. Pada 525 SM, sebuah kekaisaran baru di Asia Barat,
yaitu Kekaisaran Persia, menyerang dan menaklukan Mesir. Kali ini mereka sukses
dalam memerintah Mesir.
8.
Periode
Persia
Nektabeno
II atau Nakhthorheb, Firaun Mesir terakhir sebelum Mesir ditaklukan oleh Persia, Persia menguasai Mesir sejak 525 SM,
setelah berhasil mengalahkan bangsa Libya. Akan tetapi, setelah Persia
mengalami kekalahan atas pasukan Yunani di Marathon pada 490 SM, bangsa Mesir
memebrontak (pada 484 serta pada 460 SM) dengan bantuan Athena, namun gagal.
Pada
404 SM Mesir berhasil merdeka, berkat melemahnya Persia. Mesir mendirikan
Dinasti ke-28, yang dilanjutkan oleh Dinasti ke-29 dan 30. Dinasti ke-28
berlangsung pendek dan hanya terdiri atas satu Firaun. Pada Dinasti ke-29,
Mesir menjalin persekutuan dengan Sparta dan berhenti bekerjasama dengan
Athena, karena Athena amat melemah seusai Perang Peloponnesos melawan Sparta.
Dalam kesepakatan ini, Sparta membantu Mesir melawan Persia, dan Mesir mengirim
banyak gandum sebagai balasannya. Sayangnya, Persia menangkap kapal-kapal
gandum Mesir dalam perjalanan menuju Sparta sehingga hal ini tak berjalan baik.
Para
Firaun pada Dinasti ke-30 berupaya mempertahankan Mesir sebagai neagra merdeka.
Mereka memerangi invasi-invasi Persia. Suatu ketika, Persia menyerang Mesir
namun harus mundur kembali karena Sungai Nil sedang meluap. Seperti para Firaun
lainnya, mereka menjalin persekutuan dengan Sparta dan Athena serta kota-kota
Yunani lainnya untuk dapat menghalau Persia. Beberapa dari mereka bahkan
berusaha mengembalikan Mesir ke masa kejayaannya seperti pada Kerajaan Baru
dengan cara menyerbu Suriah. Akan tetapi pada akhirnya Mesir tidak sanggup terus-menerus bertahan
menghadapi serbuan Persia, dan Persia berhasil menaklukan Mesir kembali pada
341 SM, setelah Mesir mengalami kermedekaan selama enam puluh tiga tahun. Pada
332 SM, Aleksander Agung menaklukan Mesir sebagai bagian dari usahanya
menaklukan seluruh Kekaisaran Persia.
9.
Periode
Yunani
Pada
332 SM Aleksander Agung dari Makedonia menaklukan Mesir dengan pasukan Yunani.
Pada awalnya, bangsa Mesir mengira bahwa Aleksander akan membiarkan Mesir
merdeka. Akan tetapi, Aleksander justru menjadikan Mesir sebagian bagian dari
kekaisarannya sendiri.
Setelah
Aleksander meninggal pada 323 SM, kekaisarannya dibagi-bagi di antara para
jenderalnya, dan salah satu jenderalnya yang bernama Ptolemaios memperoleh
Mesir. Ptolemaios berkuasa di Mesir dan mendirikan Dinasti Ptolemaios atau
Ptolemaik. Para Firaun Ptolemaios berhasil menaklukan kembali banyak wilayah di
Israel dan Suriah. Mereka membawa serta bahasa dan kebudayaan Yunani ke Mesir,
meskipun rakyat jelata di Mesir tetap menuturkan bahasa Mesir dan menyembah
dewa-dewi Mesir. Ptolemaios
dan para keturuannya memerintah Mesir hingga Octavianus Augustus dari Romawi
mengalahkan Firaun Mesir terakhir, yaitu Ratu Kleopatra, pada 30 SM. Sejak itu
Mesir menjadi bagian dari Romawi.
10.
Periode
Romawi
Ketika
Julius Caesar memperoleh kekuasaan di Romawi, sekitar 50 SM, para Firaun
Ptolemaik, yaitu para raja Mesir dari etnis Yunani, amat sangat lemah dibanding
Romawi.
Ketika
Julius Caesar mengunjungi Mesir, ratu Mesir Ptolemaik, Kleopatra VII, meminta
Caesar membantunya dalam perang saudara melawan saudara sekaligus suaminya yang
masih remaja, Ptolemaios XIII.
Julius
Caesar setuju dan membantu Kleopatra berkuasa, tapi kemudian menempatkan
pasukan Romawi di Mesir, serta membawa Kleopatra ke Roma sebagai kekasih.
Ketika Julius Caesar dibunuh di Roma pada 44 SM, Kleopatra pulang ke Mesir
bersama pemimpin Romawi lainnya, Marcus Antonius, yang kemudian menjadi
kekasihnya juga. Kleopatra memerintah Mesir selama empat belas tahun,
memperoleh empat anak dan memimpin negaranya dengan sukses sambil melakukan
manuver-manuver politik terhadap Romawi supaya Mesir bisa tetap merdeka. Akan tetapi, dalam perang saudara antara
keponakan Julius Caesar, Augustus, melawan Marcus Antonius, pihak Mesir yang
dipimpin Antonius dan Kleopatra mengalami kekalahan. Mereka bunuh diri (atau
dibunuh) pada 30 SM, dan setelah itu Mesir dikuasai penuh oleh Romawi. Romawi menganggap Mesir amat berharga
karena daerah tersebut amat subur dan menghasilkan begitu banyak bahan pangan.
Sejumlah banyak makanan, terutama gandum (untuk dibuat menjadi roti), dikirim
dari Mesir ke Roma sebagai pajak dalam kapal-kapal besar. Untuk memudahkan
pengumpulan dan pengiriman pajak ini, Romawi mendirikan pemerintahan bergaya
Romawi di Mesir, meskipun bahasa utama pemerintahan di Mesir tetap bahasa Yunni
ali-alih bahasa Latin. Pada masa ini, rakyat jelata di Mesir juga memahami
sejumlah perkataan Yunani.
Sekitar
300-400 M, sebagian besar orang Mesir menerima agama Kristen. Ada petikaian
mengenai jenis Kristen apa, entah Arian atau Katolik, yang dianggap benar di
Mesir. Setelah Roma ditaklukan oleh
Ostrogoth pada 476 M, pengiriman gandum dari Mesir dialihkan ke ibukota baru
Romawi di Konstantinopel, dekat Laut Hitam, di tempat yang kini menjadi Turki. Romawi
menguasai Mesir hingga sekitar 700 M, selama kira-kira 700 tahun, hingga bangsa
Arab menyerbu dan menaklukan Mesir.
11.
Periode
Islam
Seiring
bangkitnya agama baru, Islam, di Asia Barat, bangsa Arab mendirikan suatu
negara bernama Kekhalifahan Umayyah yang berpusat di Suriah. Mereka dengan
cepat menaklukan Mesir juga, sehingga, seperti halnya dulu Mesir dukuasai oleh
Assyria, Persia, Yunani, dan Romawi, kini Mesir dikuasai oleh bangsa Arab
Islam. Akibat penaklukan ini, secara berangsur-angsur, sebagian besar bangsa
Mesir berpindah agama dari
Kristen menjadi Islam, dan mereka juga mulai menuturkan bahasa Arab. Sementara
orang Mesir Kristen disebut Koptik. Ibukota baru juga didirikan di Mesir utara,
tepatnya di Kairo. Untuk
sementara waktu pada tahun 1000-1300, Mesir merdeka dari Kekhalifahan Islam
yang berpusat di Asia Barat dan mendirikan dinasti tersendiri yang beraliran
Syi'ah dan disebut Fatimiyah. Pada masa ini banyak terjadi kemajuan di Mesir. Akan tetapi Mesir kemudian ditaklukan
oleh dinasti Ayyubiyah yang Sunni, dan kemudian oleh Mamluk. Sekitar tahun
1500, Mesir dikuasai oleh Kesultanan Utsmaniyah, hingga akhirnya Mesir merdeka
pada masa modern.
Peninggalan – peninggalan yang ada pada masa mesir kuno
yaitu :
1.
Piramida
Piramida Mesir
adalah sebutan untuk piramida yang terletak di Mesir yang dikenal sebagai
“negeri piramida”. Di Mesir umumnya
piramida digunakan sebagai makam raja-raja Mesir Kuno yang dikenal dengan nama
firaun. Namun demikian, berabad abad piramida sering digunakan sebagai sasaran
penjarahan dan perampok makam karena para raja-raja membawa harta kekayaannya
dan segala macam artefak guna di alam baka, sekalipun diberi perlindungan
dengan semacam kutukan-kutukan untuk mencegahnya. Sehingga pada masa raja-raja
mesir kuno berikutnya, makam raja-raja dan para bangsawan ditempatkan pada
lembah yang tersembunyi seperti halnya makam Raja Tutankhamun yang ditemukan
secara utuh dan lengkap.[3]
2.
Sphinx
Sphinx merupakan patung singa
berkepala manusia diyakini merupakan kepala Khufu. Sphinx adalah
patung monumental, patung kerajaan pertama yang benar-benar kolosal di Mesir,
dikenal sebagai The Great Sphinx of Giza, adalah simbol nasional Mesir, baik
kuno dan modern. Ini telah mengaduk imajinasi penyair, sarjana, petualang
dan wisatawan selama berabad-abad dan telah juga menginspirasi banyak spekulasi
tentang umurnya, artinya, dan rahasia yang mungkin terkandung di dalamnya.[4]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mesir Kuno
adalah suatu peradaban kuno di
bagian timur laut Afrika. Peradaban
ini terpusat di sepanjang hilir sungai Nil. Kekuasaan
firaun secara resmi dianggap berakhir pada sekitar 31 SM, ketika Kekaisaran Romawi menaklukkan dan menjadikan wilayah Mesir Ptolemeus sebagai bagian dari provinsi
Romawi.
Pada
zaman mesir kuno terdapat beberapa periode yaitu :
1. Periode Zaman Batu
2. Periode Kerajaan Lama
3. Periode
Pertengahan Pertama
4. Periode Kerajaan Pertengahan
5. Periode
Pertengahan Kedua
6. Periode Kerajaan Baru
7. Periode
Pertengahan Ketiga
8. Periode Persia
9.
Periode
Yunani
10.
Periode
Romawi
11.
Periode
Islam
Dan ada juga beberapa peninggalan yang ada pada masa
mesir kuno. Beberapa peninggalan tersebut yaitu : Piramida, sphinx,
B.
Daftar
Pustaka
Ø
Syalabi,
Prof. Dr. A, 1997. Sejarah dan kebudayaan islam jilid 1. Jakarta. PT. Al husna.
Ø
Lapidus,
Ira M. 2000. Sejarah sosial umat islam. Jakarta. Pt. Raja grafindo persada.
Ø
Yatim,
badri. 2003. Sejarah peradaban islam. Jakarta. Pt. Raja grafindo persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar