Rabu, 04 November 2015

MESIR SEBELUM KEMERDEKAAN


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Kawasan Afrika
MESIR SEBELUM KEMERDEKAAN









Dosen pengampu: 
Drs. H. Abdul Jalil, M. Pd

Oleh: 
Anwar Dwi Saputra               (A22212169)



SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013

DAFTAR ISI

Daftar Isi
BAB I: PENDAHULUAN
Ø     Kata Pengantar
BAB II: PEMBAHASAN
A.  Mesir Kuno
1.      Periode Zaman Batu
2.     Periode Kerajaan Lama
3.     Periode Pertengahan Pertama
4.     Periode Kerajaan Pertengahan
5.     Periode Pertengahan Kedua
6.     Periode Kerajaan Baru
7.     Periode Pertengahan Ketiga
8.     Periode Persia
9.     Periode Yunani
10.          Periode Romawi
11.          Periode Islam
B.   Peninggalan – Peninggalan mesir kuno
1.     Piramida
2.     Sphinx
BAB III: PENUTUP
Ø Kesimpulan
Ø Daftar Pustaka


BAB I
PENDAHULUAN

Ø  KATA PENGANTAR 

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat penulis susun. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada baginda Rasulullah SAW yang menjadi penyampai agama Allah kepada umat manusia dengan tujuan agar umat manusia bahagia di dunia dan akhirat.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu penulis berupa pikiran, tenaga maupun motivasi untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi sistematika makalah, maupun penyusunan kalimatnya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun terhadap penulisan makalah ini sangat penulis harapkan.
         


                                                          Surabaya,  27 September 2013



                                                                                    penulis





BAB II
PEMBAHASAN
A.     MESIR KUNO
Mesir adalah negara yang kaya raya, buminya subur, sungai nil nya yang abadi itu melimpah kebaikan sepanjang masa. Mesir mempunyai sejarah semenjak beribu-ribu tahun yang sudah lewat. Tiada salah kalau orang mengatakan bahwa negeri Mesir itu adalah Mutiara Timur yang cemerlang. Menguasai mesir berarti kestabilan Islam di seluruh negeri-negeri Asia dan Afrika yang tadinya dibawah kekuasaan bangsa romawi.[1]
Mesir Kuno adalah suatu peradaban kuno di bagian timur laut Afrika. Peradaban ini terpusat di sepanjang hilir sungai Nil. Peradaban ini berkembang selama kurang lebih tiga milenium. Kekuasaan firaun secara resmi dianggap berakhir pada sekitar 31 SM, ketika Kekaisaran Romawi menaklukkan dan menjadikan wilayah Mesir Ptolemeus sebagai bagian dari provinsi Romawi.
Peradaban Mesir Kuno didasari atas pengendalian keseimbangan yang baik antara sumber daya alam dan manusia, ditandai terutama oleh:
  • irigasi teratur terhadap Lembah Nil;
  • pendayagunaan mineral dari lembah dan wilayah gurun di sekitarnya;
  • perkembangan sistem tulisan dan sastra;
  • organisasi proyek kolektif;
  • perdagangan dengan wilayah Afrika Timur dan Tengah serta Mediterania Timur; serta
  • kegiatan militer yang menunjukkan kekuasaan terhadap kebudayaan negara/suku bangsa tetangga pada beberapa periode berbeda.
Pengelolaan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh penguasa sosial, politik, dan ekonomi, yang berada di bawah pengawasan Firaun.






Terdapat beberapa periode yang ada pada sejarah mesir.[2]
1.      Periode Zaman Batu
Sekitar 10000 SM, penduduk Mesir sudah amat banyak sehingga orang-orang terpaksa menghasilkan makanan mereka sendiri alih-alih berburu dan mengumpulkan makanan. Pada masa yang sama, orang-orang di Asia Barat juga mulai bercocok tanam. Kemungkinan orang sudah lama mengetahui cara bercocok tanam namun lebih suka pergi ke luar dan mencari makanan liar, karena lebih mudah. Akan tetapi ketika jumlah penduduk sudah terlalu banyak, makanan liar mulai tidak mencukupi kebutuhan bagi semua orang, dan dengan demikian orang-orang harus mulai bercocok tanam. Proses ini disebut Revolusi Agrikultur
2.      Periode Kerajaan Lama
Setelah Mesir pertama kali disatukan sekitar tahun 3000 SM di bawah Firaun dari Mesir Hulu, para Firaun dengan cepat memperoleh kekuasaan yang besar atas rakyatnya. Ibukota Firaun adalah di Memphis.
Prasasti yang disebut Palet Narmer menunjukkan ukiran yang kemungkinan menggambarkan Firaun Mesir Hulu yang sedang berdiri dan mengalahkan Firaun Mesir Hilir.
Karena Kerajaan Lama berlangsung pada masa yang amat lampau, tidak banyak yang diketahi mengenai periode ini. Tampaknya para Firaun Kerajaan Lama menjalankan irigasi sisteamtis pertama dari sungai Nil, yang memungkinkan lebih banyak orang untuk tinggal di Mesir tanpa mengalami kelaparan. Piramida dibangun pada periode ini sebagai makam besar bagi para Firaun. Kemungkinan piramida dibangun oleh orang-orang yang biasanya menjadi petani, seperti kebanyakan orang pada masa itu. Mereka mungkin membangun sedikit bagian piramida setiap tahun, selama sungai Nil meluap sehingga kegiatan bercocok tanam tidak dapat dijalankan. Temuan arkeologis terkini menunjukkan bahwa para Firaun awal juga terlibat dalam kurban manusia. Pada masa yang sama, peradaban besar lainnya juga sedang muncul di Sumeria.
Firaun terakhir di Kerajaan Lama adalah Pepi II, yang baru berusia enam tahun ketika dinobatkan sebagai Firaun. Ibunya, Ankhesenpepi II, barangkali adalah yang sebenarnya memegang kekuasaan atas nama putranya. Ia kemungkinan telah terbiasa pada gagasan mengenai perempuan yang berkuasa. Ibu Ankhesenpepi II, Nebet, menjadi wazir bagi kakek Pepy II, Pepi I. Ankhesenpepi II mungkin berkuasa hingga Pepi II tumbuh dewasa, atau setelah ia meninggal. Setelah kematiannya, Pepi II secara berangsur-angsur kehilangan kekuasaannya, dan orang-irabf kaya lainnya di Mesir mulai mengendalikan wilayah mereka sendiri layaknya raja. Ini disebut Periode Pertengahan Pertama.
3.      Periode Pertengahan Pertama
Berakhirnya Kerajaan Lama, sekitar 2100 SM, tampaknya disebabkan oleh pemberontakan orang-orang dari kalangan yang kaya. Mereka merasa bahwa Firaun memiliki kekuasaan yang terlalu besar. Secara berangsur-angsur Firaun menjadi semakin bergantung pada para pejabat pemerintahan, dan orang-orang ini pun merebut kekuasaan. Beberapa pengelolaan negara mulai terhenti. Piramida tak lagi dibangun. Sumber-sumber tertulis menggambarkan masa-masa anarki, para bangsawan bekerja di ladang, anak membunuh orang tua, sesama saudara saling bertikai, dan makam-makam dihancurkan. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa kekacauan ini mungkin disebabkan oleh perubahan iklim besar yang memicu kondisi kekeringan di Mesir.
4.      Periode Kerajaan Pertengahan
Kerajaan Pertengahan berdiri setelah serangkaian peperangan antara penguasa Mesir Hulu (Selatan) melawan Mesir Hilir (Utara). Penguasa Mesir Hulu menang, dan mereka menyatukan kembali negara ini sekitar 2000 SM, dengan ibukota pertamanya di Thebes di selatan, dan ibukota lainnya adalah sebuah kota baru di sebelah selatan memphis.
Para Firaun pada periode ini tidak memiliki kekuasaan sebesar sebelumnya. Mereka lebih menampilkan diri sebagai penguasa yang memperhatikan rakyatnya, alih-alih sebagai raja-dewa di Kerajaan Lama. Adalah para Nomark (pejabat lokal) yang memiliki kekuasaan cukup besar pada masa ini.
Pada periode ini, para Firaun pertama kali mulai menguasai wilayah di luar Mesir, seperti Yerusalem, Yerikho dan Suriah. Selain itu banyak terjadi perdagangan antara Mesir dengan Byblos, dekat beirut modern.
5.      Periode Pertengahan Kedua
Sekitar 176 SM suatu bangsa yang disebut Hyksos, mengakhiri Kerajaan Pertengahan dan memulai Periode Pertengahan Kedua. Bangsa Hyksos, yang datang dari Asia Barat, merebut bagian timur dari Delta Nil (Mesir timur laut, bagian yang terdekat dengan Asia), dan menetapkan ibukota di Memphis.
Tidak diketahui siapa sebenarnya bangsa Hyksos, namun mereka kemungkinan merupakan etnis Amori, yang menuturkan bahasa Semit (terkait dengan bahasa Ibrani dan Arab) dan datang dari daerah di sekitar Suriah dan Israel, suatu daerah yang banyak melakukan perdagangan dengan bangsa Mesir selama Kerajaan Pertengahan.
Bangsa Hyksos berkuasa selama sekitar seratus tahun, namun kemudian para penguasa selatan dari Thebes lagi-lagi mulai menaklukan kembali daerah Mesir utara. Dalam perang pembebasan ini, kedua bersaudara Kahmose dan Ahmose memerangi bansga Hyksos dan bangsa Nubia, yaitu etnis Afrika yang tinggal di sebelah selatan Mesir. Pada akhirnya mereka berhasil dan menyatukan kembali seluruh Mesir di bawah Kerajaan Baru.
6.      Periode Kerajaan Baru
Dengan reunifikasi Mesir oleh Ahmose (Kamose meninggal sebelum Mesir benar-benar bersatu) dan diusirnya bangsa Hyksos, Mesir memulai periode baru yang makmur di bawah dinasti ke-18. Pada masa ini banyak terjadi perdagangan dengan Asia Barat, dan pasukan Mesir bahkan menaklukan sebagian besar Israel dan Suriah, meskipun mereka terus-menerus berperang dengan Het dan Asyyria demi kendali atas daerah tersebut. Kuil-kuil besar dibangun di seluruh Mesir. Para ratu Mesir memiliki kekuasaan yang besar pada masa ini, dan pada 1490 SM salah satu ratu yang bernama Hatshepsut menjadi Firaun. Pemerintahan Hatshepsut berlangsung lama dan damai. Ia membuat banyak kesepakatan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan Afrika, yang membuat Mesir semakin kaya.
Pada tahun 1363 SM ada seorang Firaun terkenal bernama Akhenaten, yang mendirikan ibukota baru di Amarna dan tampaknya menyembah satu dewa matahari baru, serta mengembangkan gaya seni baru. Istrinya bernama Nefertiti. Akhenaten tak memiliki putra, dan penerusnya adalah menantunya Tutankhamon. Akan tetapi pada 1333 SM para Firaun kembali ke agama lama.
Pada 1303 SM sebuah dinasti baru dari utara merebut kekuasaan, yaitu dinasti Mesir ke-19. Raja pertamanya, Firaun Ramesses, memindahkan ibukota kembali ke Memphis di utara. Pada masa pemerintahan dinasti ini, pendeta menjadi amat berkuasa. Peperangan dengan bangsa Het di Asia Barat terus berlanjut, namun perdagangan juga banyak terjadi.
Dinasti Firaun ke-20, sekitar 1200 SM, meneruskan kebijakan yang sama, dan semua Firaunnya disebut Ramesses. Banyak terjadi serangan terhadap Mesir, yang pertama dari Libya di arah barat dan kemudian dari Asia Barat, oleh suatu kelompok yang oleh bangsa Mesir disebut Bangsa Laut. Kekaisaran Het dimusnahkan, meskipun sekitar 1100 SM bangsa Mesir memerangi Bangsa Laut dalam suatu pertempuran laut yang besar. Akan tetapi permasalahan di Asia Barat tampaknya menyebabkan keruntuhan ekonomi besar-besaran di seluruh Mediterania Timur dan Asia Barat dan tidak lama setelahnya Kerajaan Baru runtuh.
7.      Periode Pertengahan Ketiga
Setelah meninggalnya Ramesses terakhir pada 1085 SM, Mesir terpecah. Tidak diketahui apa yang sebenarnya terjadi tapi kemungkinan terjadi wabah kekeringan yang parah.
Peradaban Het dan Mykenai runtuh pada masa yang sama, dan banyak orang dari kedua daerah tersebut menginvasi Mesir, dimana mereka kemudian disebut Bangsa Laut, yang kemungkinan terdiri atas bangsa Filistin, Lykia, Akhaia, Troya, dll. Mesir berhasil menghalau serbuan Bangsa Laut, namun tidak lama setelahnya Mesir juga ikut runtuh.
Mesir kehilangan kendali atas Israel, Lebanon, Suriah, dan lagi-lagi dikuasai oleh berbagai raja dari utara dan selatan. Selain itu Nubia berhasl merdeka kembali dari kekuasaan Mesir.
Wilayah Mesir utara menjadi lebih kaya daripada selatan, dan kota-kotanya berkembang pesat. Namun Mesir tetap menjadi lebih lemah daripada sebelumnya, sehingga Lybia mampu beberapa kali melakukan invasi dan menguasai Mesir utara untuk sementara waktu. Di selatan, di Thebes, para pendeta Amon terus memperoleh kekuasaan yang besar Sekitar 715 SM, seorang raja Sudan (atau Kush) hitam dari sebelah selatan Mesir, yang bernama Piye atau Piankhi, menginvasi dan menaklukan sebagian besar wilayah Mesir. Ia mendirikan Dinasti Firaun ke-25.
Dinasti tersebut tidak berlangsung lama, karena suatu bangsa baru dari Asia Barat, yaitu bangsa Assyria, menaklukan Mesir dalam serangkaian perang yang berakhir pada 664 SM. Mereka mengusir bangsa Sudan dari Mesir. Meskipun demikian, Assyria tidak benar-benar mampu memerintah wilayah yang begitu jauh dari ibukota mereka di Nineveh, sehingga tidak lama kemudian para raja Lybia menguasa Mesir dan mendirikan Dinasti ke-26, dengan bantuan para tentara bayaran dari Yunani dan Lykia. Para raja ini disebut orang Sais, karena menetapkan ibukota di Sais, di utara Mesir.
Pada 609 SM Kekaisaran Assyria runtuh, dan para raja Sais berhasil menaklukan sejumlah wilayah di Israel dan Suriah. Akan tetapi pada 605 SM, Kekaisaran Babilonia di bawah seorang raja bernama Nebukhadnezzar mengalahkan Mesir dan merebut kembali Israel dan Suriah. Pada 525 SM, sebuah kekaisaran baru di Asia Barat, yaitu Kekaisaran Persia, menyerang dan menaklukan Mesir. Kali ini mereka sukses dalam memerintah Mesir.
8.      Periode Persia
Nektabeno II atau Nakhthorheb, Firaun Mesir terakhir sebelum Mesir ditaklukan oleh Persia, Persia menguasai Mesir sejak 525 SM, setelah berhasil mengalahkan bangsa Libya. Akan tetapi, setelah Persia mengalami kekalahan atas pasukan Yunani di Marathon pada 490 SM, bangsa Mesir memebrontak (pada 484 serta pada 460 SM) dengan bantuan Athena, namun gagal.
Pada 404 SM Mesir berhasil merdeka, berkat melemahnya Persia. Mesir mendirikan Dinasti ke-28, yang dilanjutkan oleh Dinasti ke-29 dan 30. Dinasti ke-28 berlangsung pendek dan hanya terdiri atas satu Firaun. Pada Dinasti ke-29, Mesir menjalin persekutuan dengan Sparta dan berhenti bekerjasama dengan Athena, karena Athena amat melemah seusai Perang Peloponnesos melawan Sparta. Dalam kesepakatan ini, Sparta membantu Mesir melawan Persia, dan Mesir mengirim banyak gandum sebagai balasannya. Sayangnya, Persia menangkap kapal-kapal gandum Mesir dalam perjalanan menuju Sparta sehingga hal ini tak berjalan baik.
Para Firaun pada Dinasti ke-30 berupaya mempertahankan Mesir sebagai neagra merdeka. Mereka memerangi invasi-invasi Persia. Suatu ketika, Persia menyerang Mesir namun harus mundur kembali karena Sungai Nil sedang meluap. Seperti para Firaun lainnya, mereka menjalin persekutuan dengan Sparta dan Athena serta kota-kota Yunani lainnya untuk dapat menghalau Persia. Beberapa dari mereka bahkan berusaha mengembalikan Mesir ke masa kejayaannya seperti pada Kerajaan Baru dengan cara menyerbu Suriah. Akan tetapi pada akhirnya Mesir tidak sanggup terus-menerus bertahan menghadapi serbuan Persia, dan Persia berhasil menaklukan Mesir kembali pada 341 SM, setelah Mesir mengalami kermedekaan selama enam puluh tiga tahun. Pada 332 SM, Aleksander Agung menaklukan Mesir sebagai bagian dari usahanya menaklukan seluruh Kekaisaran Persia.
9.      Periode Yunani
Pada 332 SM Aleksander Agung dari Makedonia menaklukan Mesir dengan pasukan Yunani. Pada awalnya, bangsa Mesir mengira bahwa Aleksander akan membiarkan Mesir merdeka. Akan tetapi, Aleksander justru menjadikan Mesir sebagian bagian dari kekaisarannya sendiri.
Setelah Aleksander meninggal pada 323 SM, kekaisarannya dibagi-bagi di antara para jenderalnya, dan salah satu jenderalnya yang bernama Ptolemaios memperoleh Mesir. Ptolemaios berkuasa di Mesir dan mendirikan Dinasti Ptolemaios atau Ptolemaik. Para Firaun Ptolemaios berhasil menaklukan kembali banyak wilayah di Israel dan Suriah. Mereka membawa serta bahasa dan kebudayaan Yunani ke Mesir, meskipun rakyat jelata di Mesir tetap menuturkan bahasa Mesir dan menyembah dewa-dewi Mesir. Ptolemaios dan para keturuannya memerintah Mesir hingga Octavianus Augustus dari Romawi mengalahkan Firaun Mesir terakhir, yaitu Ratu Kleopatra, pada 30 SM. Sejak itu Mesir menjadi bagian dari Romawi.
10.  Periode Romawi
Ketika Julius Caesar memperoleh kekuasaan di Romawi, sekitar 50 SM, para Firaun Ptolemaik, yaitu para raja Mesir dari etnis Yunani, amat sangat lemah dibanding Romawi.
Ketika Julius Caesar mengunjungi Mesir, ratu Mesir Ptolemaik, Kleopatra VII, meminta Caesar membantunya dalam perang saudara melawan saudara sekaligus suaminya yang masih remaja, Ptolemaios XIII.
Julius Caesar setuju dan membantu Kleopatra berkuasa, tapi kemudian menempatkan pasukan Romawi di Mesir, serta membawa Kleopatra ke Roma sebagai kekasih. Ketika Julius Caesar dibunuh di Roma pada 44 SM, Kleopatra pulang ke Mesir bersama pemimpin Romawi lainnya, Marcus Antonius, yang kemudian menjadi kekasihnya juga. Kleopatra memerintah Mesir selama empat belas tahun, memperoleh empat anak dan memimpin negaranya dengan sukses sambil melakukan manuver-manuver politik terhadap Romawi supaya Mesir bisa tetap merdeka. Akan tetapi, dalam perang saudara antara keponakan Julius Caesar, Augustus, melawan Marcus Antonius, pihak Mesir yang dipimpin Antonius dan Kleopatra mengalami kekalahan. Mereka bunuh diri (atau dibunuh) pada 30 SM, dan setelah itu Mesir dikuasai penuh oleh Romawi. Romawi menganggap Mesir amat berharga karena daerah tersebut amat subur dan menghasilkan begitu banyak bahan pangan. Sejumlah banyak makanan, terutama gandum (untuk dibuat menjadi roti), dikirim dari Mesir ke Roma sebagai pajak dalam kapal-kapal besar. Untuk memudahkan pengumpulan dan pengiriman pajak ini, Romawi mendirikan pemerintahan bergaya Romawi di Mesir, meskipun bahasa utama pemerintahan di Mesir tetap bahasa Yunni ali-alih bahasa Latin. Pada masa ini, rakyat jelata di Mesir juga memahami sejumlah perkataan Yunani.
Sekitar 300-400 M, sebagian besar orang Mesir menerima agama Kristen. Ada petikaian mengenai jenis Kristen apa, entah Arian atau Katolik, yang dianggap benar di Mesir. Setelah Roma ditaklukan oleh Ostrogoth pada 476 M, pengiriman gandum dari Mesir dialihkan ke ibukota baru Romawi di Konstantinopel, dekat Laut Hitam, di tempat yang kini menjadi Turki. Romawi menguasai Mesir hingga sekitar 700 M, selama kira-kira 700 tahun, hingga bangsa Arab menyerbu dan menaklukan Mesir.

11.  Periode Islam
Seiring bangkitnya agama baru, Islam, di Asia Barat, bangsa Arab mendirikan suatu negara bernama Kekhalifahan Umayyah yang berpusat di Suriah. Mereka dengan cepat menaklukan Mesir juga, sehingga, seperti halnya dulu Mesir dukuasai oleh Assyria, Persia, Yunani, dan Romawi, kini Mesir dikuasai oleh bangsa Arab Islam. Akibat penaklukan ini, secara berangsur-angsur, sebagian besar bangsa Mesir berpindah agama dari Kristen menjadi Islam, dan mereka juga mulai menuturkan bahasa Arab. Sementara orang Mesir Kristen disebut Koptik. Ibukota baru juga didirikan di Mesir utara, tepatnya di Kairo. Untuk sementara waktu pada tahun 1000-1300, Mesir merdeka dari Kekhalifahan Islam yang berpusat di Asia Barat dan mendirikan dinasti tersendiri yang beraliran Syi'ah dan disebut Fatimiyah. Pada masa ini banyak terjadi kemajuan di Mesir. Akan tetapi Mesir kemudian ditaklukan oleh dinasti Ayyubiyah yang Sunni, dan kemudian oleh Mamluk. Sekitar tahun 1500, Mesir dikuasai oleh Kesultanan Utsmaniyah, hingga akhirnya Mesir merdeka pada masa modern.

Peninggalan – peninggalan yang ada pada masa mesir kuno yaitu :
1.      Piramida
Piramida Mesir adalah sebutan untuk piramida yang terletak di Mesir yang dikenal sebagai “negeri piramida”.  Di Mesir umumnya piramida digunakan sebagai makam raja-raja Mesir Kuno yang dikenal dengan nama firaun. Namun demikian, berabad abad piramida sering digunakan sebagai sasaran penjarahan dan perampok makam karena para raja-raja membawa harta kekayaannya dan segala macam artefak guna di alam baka, sekalipun diberi perlindungan dengan semacam kutukan-kutukan untuk mencegahnya. Sehingga pada masa raja-raja mesir kuno berikutnya, makam raja-raja dan para bangsawan ditempatkan pada lembah yang tersembunyi seperti halnya makam Raja Tutankhamun yang ditemukan secara utuh dan lengkap.[3]
2.      Sphinx
Sphinx merupakan patung singa berkepala manusia diyakini merupakan kepala Khufu. Sphinx adalah patung monumental, patung kerajaan pertama yang benar-benar kolosal di Mesir, dikenal sebagai The Great Sphinx of Giza, adalah simbol nasional Mesir, baik kuno dan modern. Ini telah mengaduk imajinasi penyair, sarjana, petualang dan wisatawan selama berabad-abad dan telah juga menginspirasi banyak spekulasi tentang umurnya, artinya, dan rahasia yang mungkin terkandung di dalamnya.[4]




BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Mesir Kuno adalah suatu peradaban kuno di bagian timur laut Afrika. Peradaban ini terpusat di sepanjang hilir sungai Nil. Kekuasaan firaun secara resmi dianggap berakhir pada sekitar 31 SM, ketika Kekaisaran Romawi menaklukkan dan menjadikan wilayah Mesir Ptolemeus sebagai bagian dari provinsi Romawi.
Pada zaman mesir kuno terdapat beberapa periode yaitu :
1.     Periode Zaman Batu
2.     Periode Kerajaan Lama
3.     Periode Pertengahan Pertama
4.     Periode Kerajaan Pertengahan
5.     Periode Pertengahan Kedua
6.     Periode Kerajaan Baru
7.     Periode Pertengahan Ketiga
8.     Periode Persia
9.     Periode Yunani
10.            Periode Romawi
11.            Periode Islam
Dan ada juga beberapa peninggalan yang ada pada masa mesir kuno. Beberapa peninggalan tersebut yaitu : Piramida, sphinx,

B.   Daftar Pustaka
Ø  Syalabi, Prof. Dr. A, 1997. Sejarah dan kebudayaan islam jilid 1. Jakarta. PT. Al husna.
Ø  Lapidus, Ira M. 2000. Sejarah sosial umat islam. Jakarta. Pt. Raja grafindo persada.
Ø  Yatim, badri. 2003. Sejarah peradaban islam. Jakarta. Pt. Raja grafindo persada.


[1] Prof. Dr. A. Syalabi, sejarah dan kebudayaan islam, jilid-1, pt. Al husna zikra, 1997, hlm 256.
[2] http://id.wikibooks.org/wiki/Mesir_Kuno/Sejarah.html
[3] http://www.kumpulansejarah.com/2013/02/sejarah-piramida-mesir.html
[4] http://khairanirani.wordpress.com/2010/05/24/sejarah-sphinx/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar