Untuk memenuhi tugas
matakuliah
Fotografi
dan Cinematografi
Dosen Pengampu :
Dra.
Lailatul Huda, M.Hum
Disusun Oleh :
Anwar
Dwi Saputra : A22212169
JURUSAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS
ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir semua aspek
kehidupan kita bersentuhan dengan dunia fotografi. Bayangkan jika dalam kehidupan
sosial kita tidak ada fotografi, kita tidak akan mempunyai foto id di ktp atau
paspor, tidak ada dokumentasi perjalanan, tidak ada X-rays untuk keperluan
medis, tidak ada gambar mengenai berbagai even atau orang-orang dibelahan dunia
lain, dan bagi masing-masing individu, sesuatu yang berharga sebagai
dokumentasi kehidupan kita tidak akan pernah terdokumentasi dan tersimpan.
Begitu besar dampak yang diberikan melalui fotografi, maka tidak dapat
dipungkiri bahwa perkembangan teknologi yang bersentuhan dengan fotografi juga
memberikan dampak yang luas bagi masyarakat di masa lalu, sekarang dan yang
akan datang.[1]
Fotografi
juga berperan dalam perubahan sosial[2], dengan
mengedepankan pesan yang disampaikan, historis dan penunjang akademis, jadi
fotografi memiliki kepentingan dan maksud. Seperti menyatakan informasi atau
perubahan. Dengan fotografi kita bisa menggambarkan sebuah fakta aktual beserta
peristiwanya. Contohnya adalah foto dokumenter atau arsip media baru.
Masyarakat biasa pun bisa membuat bahkan bisa mengirimnya ke media. Sepanjang
foto memenuhi kaidah sejarah dan memang layak untuk dimuat sebagai foto berita.
Dalam hal ini kita bisa menggunakan fotografi untuk membuat atau memunculkan
opini publik, bahkan dari hasil jepretan lensa ini banyak peristiwa yang dapat
berbicara dan menimbulkan perubahan. Hal tersebut pernah dilakukan oleh salah
seorang fotografer terkenal yaitu Jacob Rib, dia mendokumetasikan kehidupan
brutal daerah kumuh New york pada tahun 1894. Juga pernah dilakukan oleh Lewis
Hine yang mendokumetasikan lima ribu foto tentang buruh anak pada tahun 1908
sampai dengan 1921 untuk komite buruh anak nasional. Beliau juga melakukan
dokumentasi terhadap jari tangan anak yang terpotong dan anak-anak yang harus
tidur disekolah karena harus bekerja lembur. Hal itu semua merupakan sebuah
bentuk keperdulian sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hubungan
Fotografi dengan Sejarah
Fotografi adalah sebuah teknik dalam melukiskan sebuah peristiwa, kejadian,
dan hal-hal yang menarik menggunakan media cahaya untuk memproses semuanya.
Fotografi berasal dari bahasa yunani yaitu “fos” yang
artinya cahaya dan “grafi” yang artinya melukis atau memfoto. Objek fotografi
pertama kali dibuat oleh Joseph Nicephore Niepce dengan teknik fotoheliografi yang menjadi objeknya Paus Pius pada
tahun 1822 yang berkembang sampai sekarang. Fotografi tidak hanya untuk
memfoto objek yang dapat menciptakan keindahan saja namun juga dapat sebagai
dokumentasi yang dapat menjadi sebuah sumber sejarah.[3]
Di dalam
sebuah penelitian sejarah mempunyai beberapa sumber untuk
membuktikan bahwa sebuah sejarah tersebut benar yaitu dengan bukti
tertulis dan non-tertulis. Bukti non-tertulis
ini ada beberapa macam yaitu gedung, film, foto, dan lain-lain yang dapat
dijadikan sebuah fakta untuk meneliti sebuah sejarah. Bukti atau foto sejarah ini menjadi suatu yang
sangat vital dalam mengungkapkan sebuah peristiwa sejarah sehingga dapat
memudahkan seorang sejarawan untuk mengetahui kondisi
dari sebuah peristiwa tersebut sehingga dia dapat menetapkan bahwa di dalam peristiwa
tersebut sedang dalam keadaan panik, gembira, ataupun sedih.
Fotografi digunakan
untuk mengandung nilai informasi yang terkandung dalam setiap foto tidaklah
sama, walaupun obyek sasaran yang terekam didalam dua foto adalah sama, namun
makna informasi yang terkandung didalamnya mungkin berbeda.
Alfred
Eisentased, fotografer terkenal dari majalah LIFE mengatakan bahwa foto yang
baik dan yang mempunyai nilai informasi yang kuat, adalah foto yang memuat
rekaman suatu fakta dan dapat menginformasikan secara jelas dan tuntas tentang
fakta itu sendiri. Dari penjelasan ini dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa
foto yang baik adalah foto yang mengandung informasi tentang peristiwa/fakta yang
terekam dalam foto. Dengan demikian apabila kita merekam obyek sasaran tentang
kecelakaan lalulintas, atau kebakaran pasar, atau keindahan pantai Sanur di
Bali, atau kehidupan nelayan di pagi hari, maka rekaman fakta tersebut harus
memuat informasi terkuat tentang obyek sasaran tersebut.
B.
Memahami Foto Sebagai
Arsip
Foto
dikenal sebagai media ekspresi seni[4].
Fotografer umumnya akan membuat foto yang artistik baik dalam tema maupun cara
yang dilakukan. Sebagai contoh foto tentang obyek bergerak. Tanpa teknik dan peralatan
tertentu, obyek yang elas dari jarakjauh belum tentu dapat diperoleh. Dalam hal
ini penggunaan lensa zoom dan tele mutlak digunakan. Foto
mendokumentasi suatu kejadian/kegiatan pada masanya untuk tujuan tertentu.
Selama ini orang lebih mengenal arsip dalam bentuk tekstual. Kenyataannya ada
bentuk lain yang juga dihasilkan dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan
maupun kehidupan kebangsaan, yaitu arsip foto. Arsip foto adalah sekumpulan
foto yang informasinya meliputi visualisasi kegiatan sesaat, rneliputi positif
dan negatif yang diperoleh melalui proses fotografi dan berhubungan dengan arsip
tekstual.
Arsip pada dasarnya dapat di kelompokkan menjadi dua
bagian besar,[5]
jenis pertama yaitu arsip berbasiskan kertas disebut dengan arsip konvensional.
Jenis ke dua yaitu arsip yang berbasiskan non kertas disebut dengan arsip media
baru yaitu arsip yang berisi suatu informasi yang direkam dalam bentuk
elektronik yang menggunakan peralatan khusus yang salah satunya ialah gambar
atau dokumen dari hasil fotografi suatu peristiwa.
Arsip foto merupakan bagian dari arsip audio-visual
yaitu arsip yang informasinya berupa citra diam
(still
visuals). Arsip foto merupakan arsip yang lahir dari hasil pemotretan baik
berupa negative film, foto digital, maupun gambar positif atau hasil
cetak/print/afdruk yang layak simpan.[6]
Antara arsip foto positif dengan foto negatif baik
yang berbentuk klise maupun VCD memiliki karakteristik yang berbeda-beda maka
pengolahan dan pengolahannyapun juga berbeda disesuaikan dengan sifat dan
bentuk bahan/media.
Sebagaimana jenis arsip yang lain, keberadaan arsip
foto juga berawal dari penciptaan kemudian penggunaan dan pemeliharaan, dan
setelah arsip tersebut jarang digunakan untuk kepentingan operasional
organisasi perlu dipindahkan ke unit yang berwenang yang selanjutnya dilakukan
penilaian apakah arsip tersebut masih memiliki nilai guna yang perlu
dilestarikan untuk berbagai keperluan atau harus dimusnahkan.
C. Pengelolaan
arsip foto
Pengelolaan arsip foto terdiri dari foto positif
maupun negative foto baik dalam bentuk klise maupun VCD yang meliputi :[7]
1.
penciptaan,
2.
penataan,
3.
pemeliharaan,
4.
penyusutan, dan
5.
pelayanan atau penyajian.
Khusus untuk
arsip foto yang sudah memasuki masa inaktif terlebih dahulu dilakukan pengolahan
yang meliputi beberapa tahapan yaitu survey, seleksi, pendiskripsian,
penyusunan skema, penomoran, penyimpanan dalam amplop, penataan dalam kotak
arsip foto, dan penyusunan dalam arsip foto.
D. Hubungan
Arsip Dengan Sejarah
Arsip
adalah kumpulan naskah, dokumen, buku, film, foto, data digital, gambar peta,
bagan dan dokumen-dokumen lainnya yang disimpan oleh pribadi, organisasi atau
instansi pemerintahan, serta arsip merupakan hasil dari aktifitas oleh
organisai atau individu. Arsip juga mempunyai ruangan penyimpanan arsip.
arsiparis adalah orang yang mengatur arsip. Arsip mempunyai lembaga yang
menanganinya, ada di pusat, daerah provinsi, daerah kota/kabupaten. Istilah
arsip; arsip dinamis, arsip statis, arsip vital, arsip aktif, dan arsip
inaktif.[8]
Hubungannya
antara arsip dan sejarah adalah berada pada ilmunya, Arsip
merupakan cabang ilmu dari sejarah karena di sejarah ilmu arsip berada lalu diperluas menjadi ilmu arsip sendiri yang sekarang dikenal menjadi kearsipan. Arsip juga memperkuat ingatan sejarah. Di sejarah, arsip merupakan hasil dari sejarah tersebut dan arsip menjadi hasil utama yang dapat dipertanggungjawabkan kelak nanti, lalu hubungan yang lebih pentingnya adalah arsip menjadi ilmu khusus dari sejarah.
merupakan cabang ilmu dari sejarah karena di sejarah ilmu arsip berada lalu diperluas menjadi ilmu arsip sendiri yang sekarang dikenal menjadi kearsipan. Arsip juga memperkuat ingatan sejarah. Di sejarah, arsip merupakan hasil dari sejarah tersebut dan arsip menjadi hasil utama yang dapat dipertanggungjawabkan kelak nanti, lalu hubungan yang lebih pentingnya adalah arsip menjadi ilmu khusus dari sejarah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fotografi adalah sebuah teknik dalam melukiskan sebuah peristiwa, kejadian,
dan hal-hal yang menarik menggunakan media cahaya untuk memproses semuanya.
Foto sendiri merupakan hasil dari suatu peristiwa sejarah, yang mana bisa
kita sebut sebagai arsip media baru. Dan arsip media baru sendiri merupakan
suatu sumber primer dalam suatu penelitian sejarah. Dalam hal inilah fotografi
sangat berhubungan dalam kajian sejarah.
Arsip sendiri pada dasarnya dikelompokkan menjadi
dua bagian besar, jenis pertama yaitu arsip berbasiskan kertas disebut dengan
arsip konvensional. Jenis ke dua yaitu arsip yang berbasiskan non kertas
disebut dengan arsip media baru yaitu arsip yang berisi suatu informasi yang
direkam dalam bentuk elektronik yang menggunakan peralatan khusus yang salah
satunya ialah gambar atau dokumen dari hasil fotografi suatu peristiwa.
Hubungan arsip dengan sejarah terkait dengan
ilmunya. Arsip diperluas lagi menjadi sebuah ilmu, yakni kearsipan. Didalam
sejarah, arsip sebagai hasil suatu peristiwa sejarah tersebut. Oleh karena itu,
arsip dijadikan ilmu khusus didalam sejarah.
DAFTAR
PUSTAKA
Kartikaningsih,
Esthi 2003, Memahami Foto Sebagai Arsip, Suara badar III/. Hal. 38
Rosyid
Budiman, Muhammad. 2009 , Dasar Pengelolaan Arsip Elektronik, Badan Perpustakaan
dan Arsip Daerah Provinsi DIY.
Rusidi,
2009 , Pengelolaan Arsip Foto, Arsiparis BPAD Provinsi DIY. Hal. 1 & 2
Niyu,
05 Februari 2015 , Fotografi dari Analog menuju Digital, Komunikasi, http://komunikasi.us/index.php/course/15-komunikasi-teknologi-dan-masyarakat/2723-fotografi-dari-analog-menuju-digital-dan-dampaknya-pada-masyarakat.html di akses pada tanggal 2 april 2015
Dwi
Saputra, Anwar. 8 april 2015 , Peranan Fotografi dalam Kehidupan, Uinsa
National Geographic, https://www.facebook.com/groups/uinsa.fotografi/permalink/1634676390086744/
di akses pada tanggal 8 april 2015
Narsoe,
9 april 2005, Fotografi Sebagai Media Informasi Dalam Komunikasi, Narsoe,
diakses dari http://narsoe.blogspot.com/2005/04/fotografi-sebagai-media-informasi.html
pada tanggal 27 maret 2015
Lyuzz,Verry.
14 oktober 2011, Hubungan antara Arsip
dengan Sejarah, Arsip Ilmu, http://arsipilmu04936.blogspot.com/2011/10/hubungannya-antara-arsip-dan-sejarah.html
di akses pada tanggal 28 maret 2015
[1] Niyu, “Fotografi dari Analog Menuju Digital”, Komunikasi, di akses
dari http://komunikasi.us/index.php/course/15-komunikasi-teknologi-dan-masyarakat/2723-fotografi-dari-analog-menuju-digital-dan-dampaknya-pada-masyarakat.html pada tanggal 2 april 2015
[2] Anwar Dwi Saputra, “Peranan Fotografi dalam Kehidupan”, Uinsa
National Geographic, di akses dari https://www.facebook.com/groups/uinsa.fotografi/permalink/1634676390086744/
pada tanggal 8 april 2015
[3] Narsoe, “Fotografi Sebagai Media Informasi Dalam Komunikasi”, Narsoe,
diakses dari http://narsoe.blogspot.com/2005/04/fotografi-sebagai-media-informasi.html
pada tanggal 27 maret 2015
[4] Esthi Kartikaningsih, “Memahami Foto Sebagai Arsip”, Suara Badar III/ 2003. Hal. 38
[5] Muhammad Rosyid Budiman, “Dasar Pengelolaan Arsip Elektronik”, Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DIY / 2009.
[6] Rusidi, “Pengelolaan Arsip Foto”, Arsiparis BPAD Provinsi DIY /
2009. Hal. 1
[7] Rusidi, “Pengelolaan Arsip Foto”, Arsiparis BPAD Provinsi DIY /
2009. Hal. 2
[8] Verry Lyuzz, “Hubungan Antara Arsip Dengan Sejarah”, Arsip Ilmu,
di akses dari http://arsipilmu04936.blogspot.com/2011/10/hubungannya-antara-arsip-dan-sejarah.html
pada tanggal 28 maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar