PANDANGAN KARL MARX
TENTANG GERAK SEJARAH
Dosen
Pengampu:
Drs. H. Nur Rokhim,
M.Fil.I
DISUSUN
OLEH:
ANWAR
DWI SAPUTRA (A22212169)
JURUSAN SEJARAH DAN
KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUNAN AMPEL
SURABAYA
2014
A.
Pendahuluan
Sejarah akan berbeda sekarang ini tanpa Karl Marx. Demikian
salah satu kesimpulan Franz Magnis Suseno mengenai pemikiran
Karl Marx.[1]
Tidak mengherankan jika Michael Hart meletakkan Karl Max di tempat yang tinggi
dalam susunan Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam sejarah. Pada masa
jayanya, jumlah manusia yang sedikitnya terpengaruh oleh Marxisme mendekati
angka 1,3 milyar. Jumlah penganut ini lebih besar dari jumlah penganut ideologi
mana pun sepanjang sejarah manusia.[2]
Pengaruh pemikiran Karl Marx tidak bisa diragukan lagi dalam
sejarah perjalanan dunia ini. Marx tidak hanya merangsang perubahan cara
berpikir, akan tetapi juga mengubah cara manusia bertindak. Seperti dikatakan
Marx sendiri, “Para filosof hanya menginterpretasikan dunia dalam berbagai
cara; masalahnya adalah bagaimana mengubah dunia.” Hal inilah yang kemudian
membedakan Marx dari filosof lain, misalnya, Auguste Comte atau Martin
Heidegger, bahkan David Hume yang hanya sanggup mengubah cara manusia berfikir.
Meskipun tidak bisa dipungkiri juga bahwa perubahan pemikiran ini berdampak
pada kehidupan masyarakat luas, namun efeknya tidak sebesar Karl Marx. Filsafat
Marx lebih diletakkan untuk mengubah dunia. Bahkan sebagai ideologi, “Marxisme”
menyemangati sebagian besar gerakan buruh sejak akhir abad ke-19 dan dalam abad
ke-20 yang mendasari kebanyakan gerakan pembebasan sosial.[3]
B.
Karl
Marx
Marxisme berasal dari
nama seseorang, yaitu Karl Marx yang berarti paham Karl Marx. Ia seorang
revolusioner yang memiliki tujuan besar
dalam hidupnya, yaitu memberikan sumbangan pemikiran dan gerakan dalam
menghancurkan masyarakat kapitalis dan lembaga-lembaga Negara yang telah diciptakan
masyarakat. Marx lahir pada 5 mei 1818
di Trier di Rheinland Jerman, sebagai anak dari seorang ahli hukum yang kaya[4]. Ayahnya
bernama Heinrich Marx, sementara ibunya adalah putri seorang pendeta Belanda
yang juga berbangsa Yahudi. Tahun 1841, Marx mengakhiri studinya di Universitas
Berlin dengan disertasi yang berjudul “On The Differences Between The
Natural Philoshopy of Democritus and Epicurus”[5].
Marx adalah tokoh filsafat pada abad modern yang sebagian penulis menyebutnya
berada pada zaman filsafat romantic, pelanjut Hegel (1770-1831). Marx muda
belajar ilmu-ilmu hukum dan filsafat di Born dan Berlin, dengan cita-cita
akhirnya mencapai kedudukan seorang guru besar. Akan tetapi, pendiriannya yang
semakin lama semakin bertentangan dengan paham kuno telah menutup pintu baginya
untuk memperoleh jabatan tersebut.
Aliran Marxisme
termasuk dalam aliran realisme yang pada masa sekarang mempunyai macam-macam
corak. Akan tetapi sikapnya sama, yaitu menentang filsafat idealisme
rasionalisme dan mengarahkan perhatiannya pada pembahasan wujud nyata serta
pertalian manusia dengan wujud nyata serta pertalian manusia dengan semesta
ini. Untuk membedakan dengan aliran-aliran realisme lain, aliran marxisme
disebut dengan nama aliran realisme materialism (al-waqiiyah al- madiiyah).
Aliran ini menganggap bahwa wujud semua yang ada mendahului adanya zat (subjek)
yang mengetahuinya. Pikiran, menurut pendapatnya adalah hasil alam materi semata-mata
atau pantulannya. Dengan kata lain, pikiran merupakan salah satu gejala benda,
dan benda itu mengalami pertumbuhan yang terwujud dalam pertentangan
antarlawan. Pertentangan itu yang biasanya disebut dialektika dalam filsafat
marxisme. Aliran marxisme mewakili paham sosialisme yang paling maju, yang
dasara utamanya adalah memerangi kapitalisme. Sebab menurut mereka apabila
kapitalisme dapat dihapuskan, paham komunise akan mudah diwujudkan. Karl Marx
pun mempunyai kedudukan utama karena ia adalah orang yang pertama-tama
membentuk paham komunis bagi suatu teori filsafat yang tersusun rapi[6].
Namun Karl Marx juga
berpendapat bahwa tugas seorang filosof bukan untuk menerangkan dunia, tetapi
untuk mengubahnya. Hidup manusia itu ternyata ditentukan oleh keadaan ekonomi.
Dari segala hasil tindakannya: ilmu, seni, agama, kesusilaan, hukum, politik
semuanya itu hanya endapan dari keadaan itu, sedangkan keadaan itu sendiri
ditentukan benar-benar dalam sejarah[7].
C. Tiga Sumber Filsafat Marx
Semua
penulis tentang Marx sepakat bahwa ia dipengaruhi oleh tiga komponen penting
dari pemikiran yang paling maju pada masanya, yaitu filsafat klasik Jerman,
sosialisme Prancis, dan ekonomi Inggris. Marx adalah orang yang paling
reduksionis dalam melihat kehidupan sosial, yaitu bahwa kehidupan itu
digerakkan oleh motif ekonomi. Dalam filsafat ia, orang yang beraliran bahwa
manusia itu makhluk ekonomi: homo economicus. Hubungan antar manusia
menurutnya pada pokoknya adalah hubungan ekonomi (tepatnyan hubungan produksi).
Dalam hubungan ini marx selalu melihat ada yang tertindas dalam sejarah
manusia. Ada dua posisi ang saling bertentangan (bipolar opposition),
yaitu majikan-budak, pemilik tanah-penggarap, dan seterusnya. Hal itu berlanjut
sampai di hari kehidupannya ketika demam kapitalisme industrial merambah eropa,
yaitu kaum borjuis dan kaum proletar[8].
Pertama,
Marx adalah orang yang diilhami oleh industrialisme awal inggris, yang
menyengsarakan kaum proletar. Seperti Charles Dickens, Marx adalah orang yang
mengkaji dampak industrialisme bagi kemanusiaan. Akan tetapi jika Charles
Dickens mengambil jaln fiksi, Marx mengambil jalan non-fiksi atau ilmiah. Marx
bahkan melakukan penelitian langsung pada kaum buruh. Angketnya yang terkenal
adalah yang pertama dilakukan sosiolog dalam meneliti kaum buruh.
Kedua,
Marx juga diilhami filsafat Jerman (dialektika Hegel dan materialize Feurbach),
seperti Feurbach, Marx tidak puas dengan pemikiran abstrak. Mereka meniginkan
yang lebih empiris. Jika Feurbach hanya mengganti esensi agam dengan esensi
manusia, Marx menambahkan bahwa esensi manusia adalah totalitas hbungan sosial.
Seperti Hegel, Marx berpandangan bahwa sejarah berjalan sesuai dengan prinsip
dialektika: tesis-antitesis-sintesis. Akan tetapi jika Hegel berpendapat bahwa
semua tesis bersifat ide, Marx menggantinya dengan bersifat materi karena, ide
terlahir akibat kondisi sosial.
Ketiga,
Marx diilhami oleh sosialisme dan revolusi Prancis. Ia sangat terkesan dengan
aliran sosialis Saint-Simon dari Prancis yang berkembang di Jerman. Marx kagum
ketika melihat pamflet yang disebarkan oleh Saint-Simon yang berjudul “The
Privileged Classes and The Working Classes” (kelas istimewa dan kelas
pekerja). Lalu ia pun mulai mempelajari sosialisme Prancis sampai akhirnya ia
bisa mengkritik kaum sosialis yang ia sebut “utopis”. Ia mengkritik
Saint-Simon, kemudian ia mengkritik Fourier, Proudhon bahkan sosialis Inggris,
seperti Robert Owen. Puncaknya ia menemukan komunis.
Revolusi
besar kemanusiaan memang terjadi di Prancis, tetapi Marx adalah orang yang
pertama kali mengkajinya secara analitis. Pembagian kelas dalam kejadian
revolusi Prancis memang begitu kasat terlihat bagi Marx. Akan tetapi, ia kecewa
dengan penyelesaian yang memenangkan kaum Borjuis dan pengakuan besar-besaran
atas pemilikian pribadi. Jika dari Inggris, ia melihat revolusi industri yang
menghancurkan otoritas kaum agamawan dan dari Prancis ia melihat revolusi
Prancis yang menghancurkan otoritas kaum aristokrat, Marx merumuskan adanya
revolusi komunis yang menghancurkan otoritas kaum Borjuis. Jadi, masyarakat
komunis adalah koreksi atas masyarakat kapitalis. Cara koreksinya adalah
melalui revolusi. Revolusi bagi Marx adalah periode transisi politik antara
kedua masyarakat diatas. Pada periode transformasi ini, Negara adalah diktator ploretariat
yang revolusioner[9].
D.
Materialisme Dialektika
Karl marx mengajukan materialisme
dialektis. Teori ini berasumsi dan bertitik tolak dari materi satu-satunya
realitas.[10] Dialectique,
dialectica, dialectike semuanya berasal dari bahasa Latin yang dijelaskan
sebagai seni berdebat dan berdiskusi, yang kemudian diturunkan sebagai
kebenaran dengan jalan diskusi.
Dialektika ketika sampai di zaman Hegel dikonsepsikan bahwa
dalam realitas ini tidak ada lagi bidang-bidang yang terpisah atau terisolasi.
Semuanya saling terkait dalam satu gerak penyangkalan dan pembenaran. Dalam
tinjauan lain, dialektika berarti sesuatu itu hanya berlaku benar apabila
dilihat dengan keseluruhan hubungan dalam relasi yang bersifat negasi-dialektis
(tesa-antitesa-sintesa).
Dalam mata filsafat dialektika, terutama para penganut
materialisme dialektik Marx dan Engels menganggap bahwa dalam realitas ini
tidak ada sesuatu yang berdiri sendiri untuk selamanya, tidak ada sesuatu yang
mutlak dan suci seperti yang dimetafisikakan oleh Hegel dengan sebutan “roh
absolut”. Lebih mendetail J.W. Stalin dalam Buku “Materialisme Dialektika dan
Histori” menerangkan dua prinsip pokok dari dialektika Marxis. Pertama,
dialektika Marxis berlawanan dengan metafisika. Dialektika Marxis tidak
memandang alam sebagai suatu tumpukan segala fenomena atau tumpukan fenomena
yang kebetulan saja, tidak berhubungan dan bebas satu sama lainnya. Namun semua
fenomena alam sebagai realitas yang organik satu statis lainnya. Kedua, berbeda
dengan metafisika, dalam konsepsi dialektika berpendapat bahwa alam bukanlah
satu keadaan yang statis namun realitas yang terus menerus bergerak dan
berubah, rontok, mati dan tumbuh kembali. Ketiga, dialektika juga menerangkan
proses perkembangan bukanlah suatu proses pertumbuhan yang sederhana, di mana
perubahan – perubahan kuantitatif akan menuju perkembangan yang terbuka ke arah
perubahan yang kualitatif.
Berkaitan
dengan penjelasan hukum dialektika, Tan Malaka menerangkan dalam Madilog (Materialisme, dialektika, logika) dengan
membedakannya dengan logika yang berisi hukum berpikir logis. Logika adalah
metode berpikir untuk menetapkan suatu identitas. Dimana wilayah kerja logika
adalah ketika berhadapan dengan satu persoalan yang sederhana yang hanya
membutuhkan jawaban ‘ya’ dan ‘tidak’. Dimana logika ‘ya’ adalah ‘ya’ dan ‘ya’
adalah “bukan tidak”. Hukum keduanya tidak bisa dicampuradukkan. Hukum yang
lazim dipakai logika dalam pengertian ini adalah A = A. Sedangkan A bukan non A
(tidak A).
Beberapa
hukum pokok dialektika juga diutarakan Tan Malaka dalam beberapa persoalan
berikut contohnya dalam kehidupan sehari – hari, yaitu :
1.
Hukum dialektika selalu berkaitan dengan waktu.
2.
Hukum dialektika selalu berkaitan dengan perpaduan di luar dirinya.
3.
Hukum dialektika selalu berkaitan dengan hukum kontradiksi.
4.
Hukum dialektika selalu berkaitan dengan gerak.
E. Materialisme Historis
Materialisme
historis dipahami sebagai perluasan prinsip-prinsip materialisme dialektik
pada anahsis mengenai kehidupan masyarakat, atau pengeterapan prinsip-prinsip materialisme dialektik pada gejala kehidupan masyarakat. Bertolak dari proposisi
bahwa yang terpenting dari filsafat adalah bukan hanya bongkar pasang makna
tentang dunia namun bagaimana merubah kenyataan dunia, Karl Marx meneruskan
konsistensi pemikirannya pada kasus hukum dialektika sejarah dalam masyarakat
manusia. Dalam materialisme historis, Marx menjabarkan secara ilmiah mata
rantai kelahiran, perkembangan dan kehancuran sistem masyarakat beserta
kelas-kelas sosial dalam suatu kurun sejarah.
Marx menfokuskan
pada tinjauan objektif atas corak produksi masyarakat sebagai struktur dasar
masyarakat. Hubungan corak produksi yang melibatkan keselarasan antara
aktivitas masyarakat berikut bahan-bahan dan perkakas yang ada sebagai basis
material (faktor determinan) pembentuk sistem ekonomi masyarakat dan struktur
sosial di dalamnya termasuk manivestasi hukum, politik, estetika dan agama.
Totalitas produksi inilah yang menyusun masyarakat sekaligus menjadi landasan tempat
berpijak struktur-atas politik berdixi dengan pongah. Sampai pada puncak
perkembangannya, ketika suatu sistem produksi yang ada mengandung kontradiksi
yang melibatkan pertentangan kekuatan-kekuatan produktif dalam masyarakat kelas
tanpa modal versus kelas bermodal maka
hukum sejarah berlaku dialektik. Yakni perubahan yang sesuai dialektika hukum
objektif, di mana masyarakat bawah yang terperas dan terhisap akan melakukan
perombakan secara revolusioner sebagai anti-tesa sistem lama menuju sistesa
dalam masyarakat baru yang diperjuangkan sendiri semua kaum tertindas
(proletariat).
F.
Kesimpulan
Karl Marx
merupakan seorang tokoh pemikiran yang sangat Revolusioner pada masa itu. Ia
banyak melakukan kritik-kritik yang tajam berkaitan dengan masalah ekonomi dan
agama. Filsafat materialiseme Karl Marx
menunjukkan adanya hubungan dengan materialisme lama. Materialisme dialektis
merupakan tesis yang menjelaskan adanya hubungan antara manusia dan alam.
Sedangkan materialisme historis adalah tafsiran sejarah dari sudut pendekatan
ekonomi. Menurut Marx, manusia hanya dapat dipahami selama ia ditempatkan dalam
konteks sejarah karena pada hakikatnya manusia adalah insan bersejarah. Kedua filsafat Karl Marx tersebut
menekankan faktor manusia.
Filsafat
Karl Marx meruapakan salah satu filsafat
yang palling berpengaruh di dalam perkembangan sejarah. Kemampuan gagasan Marx
untuk berdialektika dengan zaman, menjadikannya pemikir yang tidak pernah sepi
dari kritikan dan pujian atasnya. Namun, apapun tanggapan dunia terhadapnya,
kehadirannya telah menggerakkan kesadaran kelompok buruh, budak dan aktivis
sosialis untuk mengorganisir diri dan berjuang mewujudkan perubahan.
[1] Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme
Utopis Ke Perselisihan Revisionisme, (Jakarta: Gramedia, 2001) hlm. xi
[2] Michael H. Hart, Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Dalam
Sejarah, terj. Mahbub Djunaedi, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1992) hlm. 86-87.
[3] Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme
Utopis Ke Perselisihan Revisionisme, (Jakarta: Gramedia, 2001) hlm. xi
[4] Moeflih
Hasbullah, dkk. “Filsafat Sejarah”. Bandung. CV. Pustaka Setia. 2012.
Hal 128
[5]
Ali Maksun. “Pengantar Filsafat”. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media. 2010. Hal
153
[6] Moeflih
Hasbullah, dkk. “Filsafat Sejarah”. Bandung. CV. Pustaka Setia. 2012.
Hal 129
[7]
Amoro Achmadi. “Filsafat Umum” Jakarta. PT. Rajagrafindo Persada. 2010.
Hal 123-124
[8] Moeflih
Hasbullah, dkk. “Filsafat Sejarah”. Bandung. CV. Pustaka Setia. 2012.
Hal 130
[9] Ibid. hal 131-134
[10]
Ibid. hal 137
perfect.,.,.
BalasHapusthank's,.,
Hapusgood comment.,.